Kaitkan dengan kata-kata sebelumnya: intimacy involves the merger of one’s sense of self with that of the other person.

Jadi, dalam menjalin hubungan, harus ada peleburan ego kedua pihak; tidak bisa satu pihak memaksakan pihak lain menerima seluiruh dirinya begitu saja. Pemarah tetap akan pemarah, melankolis tetap melankolis, namun kadarnya harus berkurang atau dikurangi jika ingin hubungan berhasil.

Tetapi, tentu saja ada orang yang mendominasi; nah, pihak yang melihat kecenderungan dominasi ini bisa cemas bahwa "kedirian"/jati diri/ego-nya lenyap gara-gara terlalu didominasi. Kekhawatiran kehilangan jati diri ini bisa membuatnya menjaga jarak dan tidak mau banyak komitmen.

Referensi berikut menunjukkan kasus lain kehilangan jati diri; kali ini akibat pergeseran peran, sehingga pasangan melihatnya secara berbeda dengan ketika pertama kali bertemu.

Ref: http://www.beritasatu.com/perempuan/75842-mengenali-9-tahapa...
Kebanyakan istri yang baru memiliki anak cenderung lupa mengenali siapa dirinya, umumnya, perbincangan dan keintiman dalam pasangan tersebut mengering, dan bisa menciptakan jarak.

Disarankan, meski sulit, jangan pernah kehilangan jati diri dalam hubungan karena menjalani peran sebagai ibu.